Tiba diujung senja, menghela nafas dan menyambut datangnya
sang malam yang gelap gulita tanpa sepercik cahaya senyum riang tanpa dosa
meskipun ditengah keterlambatan. Masa bodoh dengan kicauan burung gereja diluar
sana. Terasa tanpa harga ketika burung bersiul dengan merdunya diluar sangkar,
lain cerita ketika berpeluh dibalik terali besi yang membuatnya satu visi.
Sistematis dan lengkap dari dua sisi. Sedikit menggambarkan
tentang rapinya sebuah rencana penumbangan sebuah pohon muda yang tumbuh dengan
pesatnya. Hanya anjing yang menjilat ludahnya sendiri, setidaknya itu yang
terpatri dan mendoktrin setiap akar dari pohon kuat yang dianggap tanpa jasa.
Deru ombak semakin menderu, menggulung rasionalitas serta
norma ditanah mataram. Pohon pribumi coba ditumbangkan oleh pencari kayu
karbitan tanpa paham penggalan makna yang telah ditorehkan. Menilik ke belakang
ternyata dibalik senyum sinis sang pencari kayu berdiri seorang penebang hutan
ulung yang sampai beberapa kali harus berpindah domisili karena ulah behavioristik
tanpa humanis.
Memandang tajam penuh makna pecundang-pecundang, penjilat dan
penghianat disudut kumuh bersanding semak. Membiarkan setiap tawa merekah dalam
manisnya bibir berbarengan dengan lidah tak bertulang yang siap menari
menunjukkan kelihaian membalik realita.
Berbalik arah, menyerang dan berusaha menumbangkan setelah
sekian detik berlalu bersanding dengan genggaman kebersamaan berbalut gelak
tawa dan linangan air mata. Semua sirna tanpa membekas ketika entah goresan
mana yang melubangi dan membuat bakteri busuk bernama pengkhianatan
pengingkaran janji tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Tak ayal semua sempat
menjadi pertaruhan akankan tumbang dan melemparkan handuk putih sebagai tanda
menyerah pada serangan sistematis tersebut, namun semuanya ditampik dengan
lantang bahwa rentang waktu yang ada memang harus diselesaikan sesuai dengan
kesepakatan wakil dari penghuninya.
Anfal dan hampir sampai pada tepian jurang kematian saat
mendapati system control yang selama ini dibanggakan tiba-tiba berbalik
menyerang. Hanya loyalis sejati yang bekerja dengan hati, bukan karena tekanan
atau ketakutan pada ancaman pembuangan dan mendapat gelar parasit penghambat
pertumbuhan hutan tempat bernaungnya sang pohon.
Tak akan pernah puas saat menhujat dan mencaci, serta mengutuk
kuman diseberang lautan. Padahal tanpa sadar ada seekor gajah dewasa sedang
menari-nari dipelupuk mata. SHUT UP YOUR MOUTH BITCH.!!!!!!
Semua memori dan histori ketika dipelajari dapat menjadi
sebuah pembelajaran hebat. Terlebih para tokoh-tokoh hebat pelaku sejarah masih
membuka diri kepada generasi setelahnya bila ingin mendengar sekelumit dongeng
pengantar tidur perajut mimpi yang memperkokoh hentakan langkah serta kibasan
sayap. Dan memang hanya loyalis dan para actor kawakan yang senantiasa
mendorong serta memperkuat agar pohon muda itu jangan pernah tumbang. Dukungan
moral maupun sumbangsih pemikiran demi menghalau sang penebang hutan sialan
yang berdiri menantang dibalik pencari kayu ingusan minim jam terbang dikuasai
ketamakan serta egosentris dalam penentuan benar dan salah.
Sudah lebih dari cukup peran actor dan loyalis dalam pemberian
bekal semangat serta penguatan harga diri yang sempat merasa diruntuhkan ketika
kutu ingusan yang dulunya dirangkul dan dibimbing sedikit meninggalkan
butiran-butiran pil bangsat serta tegukan-tegukan dari setiap cangkir pelemah
kognisi pembangkit kebodohan kini berbalik memegang gergaji kayu untuk
meruntuhkan terali besi yang menjadi tempat bernaungnya.
Namun loyalis serta actor kawakan yang selanjutnya disebut
aktivis greenpeace telah meyakinkan bahwa semua memang bisa ditumbangkan, namun
semua juga amat sangat bisa dipelihara
dan batal untuk dijadikan gelondongan tanpa makna. Semua memberikan
keyakinan dan harapan bahwa tanpa penjilat serta penghianat bodoh itu akar akan
tetap tertancap ditempatnya.