Selasa, 22 Oktober 2013

SHUT UP BITCH.!!!!!!, TIBA DIUJUNG SENJA



Tiba diujung senja, menghela nafas dan menyambut datangnya sang malam yang gelap gulita tanpa sepercik cahaya senyum riang tanpa dosa meskipun ditengah keterlambatan. Masa bodoh dengan kicauan burung gereja diluar sana. Terasa tanpa harga ketika burung bersiul dengan merdunya diluar sangkar, lain cerita ketika berpeluh dibalik terali besi yang membuatnya satu visi.
Sistematis dan lengkap dari dua sisi. Sedikit menggambarkan tentang rapinya sebuah rencana penumbangan sebuah pohon muda yang tumbuh dengan pesatnya. Hanya anjing yang menjilat ludahnya sendiri, setidaknya itu yang terpatri dan mendoktrin setiap akar dari pohon kuat yang dianggap tanpa jasa.
Deru ombak semakin menderu, menggulung rasionalitas serta norma ditanah mataram. Pohon pribumi coba ditumbangkan oleh pencari kayu karbitan tanpa paham penggalan makna yang telah ditorehkan. Menilik ke belakang ternyata dibalik senyum sinis sang pencari kayu berdiri seorang penebang hutan ulung yang sampai beberapa kali harus berpindah domisili karena ulah behavioristik tanpa humanis.
Memandang tajam penuh makna pecundang-pecundang, penjilat dan penghianat disudut kumuh bersanding semak. Membiarkan setiap tawa merekah dalam manisnya bibir berbarengan dengan lidah tak bertulang yang siap menari menunjukkan kelihaian membalik realita.
Berbalik arah, menyerang dan berusaha menumbangkan setelah sekian detik berlalu bersanding dengan genggaman kebersamaan berbalut gelak tawa dan linangan air mata. Semua sirna tanpa membekas ketika entah goresan mana yang melubangi dan membuat bakteri busuk bernama pengkhianatan pengingkaran janji tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Tak ayal semua sempat menjadi pertaruhan akankan tumbang dan melemparkan handuk putih sebagai tanda menyerah pada serangan sistematis tersebut, namun semuanya ditampik dengan lantang bahwa rentang waktu yang ada memang harus diselesaikan sesuai dengan kesepakatan wakil dari penghuninya.
Anfal dan hampir sampai pada tepian jurang kematian saat mendapati system control yang selama ini dibanggakan tiba-tiba berbalik menyerang. Hanya loyalis sejati yang bekerja dengan hati, bukan karena tekanan atau ketakutan pada ancaman pembuangan dan mendapat gelar parasit penghambat pertumbuhan hutan tempat bernaungnya sang pohon.
Tak akan pernah puas saat menhujat dan mencaci, serta mengutuk kuman diseberang lautan. Padahal tanpa sadar ada seekor gajah dewasa sedang menari-nari dipelupuk mata. SHUT UP YOUR MOUTH BITCH.!!!!!!
Semua memori dan histori ketika dipelajari dapat menjadi sebuah pembelajaran hebat. Terlebih para tokoh-tokoh hebat pelaku sejarah masih membuka diri kepada generasi setelahnya bila ingin mendengar sekelumit dongeng pengantar tidur perajut mimpi yang memperkokoh hentakan langkah serta kibasan sayap. Dan memang hanya loyalis dan para actor kawakan yang senantiasa mendorong serta memperkuat agar pohon muda itu jangan pernah tumbang. Dukungan moral maupun sumbangsih pemikiran demi menghalau sang penebang hutan sialan yang berdiri menantang dibalik pencari kayu ingusan minim jam terbang dikuasai ketamakan serta egosentris dalam penentuan benar dan salah.
Sudah lebih dari cukup peran actor dan loyalis dalam pemberian bekal semangat serta penguatan harga diri yang sempat merasa diruntuhkan ketika kutu ingusan yang dulunya dirangkul dan dibimbing sedikit meninggalkan butiran-butiran pil bangsat serta tegukan-tegukan dari setiap cangkir pelemah kognisi pembangkit kebodohan kini berbalik memegang gergaji kayu untuk meruntuhkan terali besi yang menjadi tempat bernaungnya.
Namun loyalis serta actor kawakan yang selanjutnya disebut aktivis greenpeace telah meyakinkan bahwa semua memang bisa ditumbangkan, namun semua juga amat sangat bisa dipelihara  dan batal untuk dijadikan gelondongan tanpa makna. Semua memberikan keyakinan dan harapan bahwa tanpa penjilat serta penghianat bodoh itu akar akan tetap tertancap ditempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar