Selasa, 24 September 2013

bukan tentang pundi-pundi



Tidak perlu mencoba membicarakan tentang idealisme, profesionalitas dan dedikasi karena hanya kantong plastik berisi isi perut yang akan didapati. Kapasitas tidak mampu menampung bagaimana dan seperti apa penjabaran dari moral dan harkat serta martabat yang sedang menggerogoti, mendoktrin jiwa-jiwa tuli terhadap sudut pandang panutan sang nahkoda.
          Perundang-undanganpun tidak berani menyebutkan dan mengatur secara detail bagaimana seharusnya sebuah moral ditunjukkan dalam etika merias raga. Tak setitik goresan yang ditemukan membicarakan tentang peradapan style pada setiap masa mencerminkannya. Pandangan bodoh dan terkotak-kotak hanya akan membelenggu dan melumpuhkan pemikiran jenius dari penggunanya.
          Bukan masalah siapa yang lebih pintar maupun lebih paham terhadap peliknya sebuah kata idealisme, totalitas dan profesionalisme namun ini tentang bentukan dari sebuah proses. Terlebih tentang idealisme dan profesionalitas, dua kalimat yang sering digunakan aktivis dalam menemukan jati diri ini tidak akan pernah sanggup apabila hanya dibahas secara instan. Empat puluh SKS pun belum mampu menguraikan seperti apa sebenarnya keduanya saling berkaitan dalam menentukan kemana arah kaki ini akan melangkah dan seperti apa finishing yang akan didapat. Learning by doing. Mendengarkan, mempelajari dan mempraktekkannya adalah sebuah stimulant paling ampuh untuk memupuk tumbuhnya sebuah profesionalitas dalam idealisme hidup.
          Proses itu tidak hanya setahun atau dua tahun, butuh badai dan petir untuk menguji seberapa kuatnya. Nahkoda kapal bertanggung jawab penuh terhadap kemana arah pelayaran selanjutnya, bukan otoriter namun ditengah pengarungan samudra kejam ini butuh sebuah keputusan tunggal dari penguasa kapal. Membentangkan layar dan mengikuti kemana angin akan melabuhkan kapal, menutup layar dan membiarkan terombang ambing ditengan samudra atau mengambil sebuah terobosan mendayung dan memanfaatkan motor yang ada untuk melawan badai serta menembus ombak.
          Sekali lagi semua hanyalah sudut pandang personal dan bukan bermaksud menyayat atau mengoyak dan menggoreskan luka pada salah satu pihak tertentu. Semua hanya teriakan dari agen perubahan pendendam yang tersumbat lingkungan pendewasaan bekal mengarungi curamnya jalan pencarian tujuan. Bukan kamoflase terhadap kemarahan pada kehidupan dan takdir yang digariskan tapi bisa disebut sebagai mekanisme pertahanan diri.
          Entah berapa puluh milyar ketika mau mengkalkulasinya dengan materi, tetapi semua bukan tentang recehan yang didapat dari setiap gerakan yang dilakukan. Pementasan itu semata-mata adalah kewajiban yang harus dijalani dari sang pembuat hidup, bukan demi sesuap nasi seperti apa yang saat ini sedang terbangun dalam memori. Sekali lagi ini adalah tentang pengabdian bukan tentang bertambahnya digit dalam rekening.

08 september 2013,
Die key

Tidak ada komentar:

Posting Komentar