Saat mundur teratur
menjadi sebuah keharusan maka saat itulah langkah kaki terhenti, berpaling dan
kembali melangkah menuju fokus yang baru. Fokus baru yang munngkin akan semakin
membuai dalam dekapan fatamorgana menyilaukan demi sebuah eksistensi. Detik
berlalu, sekejap jam berganti dan haripun menuntun menua tanpa ada jeda
menghela sedikit nafas menyambung kembali dekapan yang sudah dipastikan
terlepas tanpa persetujuan karena memang semua adalah hak prerogative dari sang
empunya hidup.
Terusik oleh episode masa lalu yang dengan sengaja kembali
diputar untuk memberikan sebuah rambu agar tidak kembali tergelincir dalam
kubangan hina penuh sesal. Sedikitpun tak pernah terpintas kenapa jurang yang
sama persis kembali terbentang dan menunggu untuk ditahklukkan atau pindah dan
mencari referensi baru dalam membangun mahligai kamuflase benteng bertahanan
diri.
Cibiran hanya semakin menguatkan langkah,motivasi tak ubahnya
sebagai cambuk penyemangat untuk segera menoleh dan menggeser langkah kaki.
Haram hukumnya untuk kembali terperosok dalam jeritan hebat,tangisan dahsyat
seperti kala seragam putih biru masih menjadi icon kebanggaan.
Guratan takdir dalam kilasan lembayung senja menjadi petunjuk
pakem untuk terlahir kembali sebagai sosok superhero arogan yang digandrungi
bocah ingusan dan membuat mereka bangun pagi bukan dengan alasan kedisiplinan
namun tak sudi melewatkan setiap detik episodenya.
Kenapa ketololan semakin mendarah daging dalam jalur dengan
fokus pelacur ulung ini. Butuh permata seberapa banyak untuk meruntuhkan
idealisme bodoh dalam kepura-puraan tak beradap. Merangkak sepertinya menjadi
satu-satunya jalan apabila memang puncak dirasa masih menggiurkan untuk
ditahklukkan. Tanpa tour guid dan tanpa potter pembawa bekal. Semua serba
dipikul sendiri karena memang puncak hanya sedap dinikmati tanpa sandaran bahu.
Membusungkan dada adalah harga mati saat semua berubah menjadi dilema
pencapaian pencerahan hidup.
Sekilas pandang penyeberangan ini terasa sangatlah sunyi
meskipun semua juga paham bahwa lalu lintas tak pernah berhenti beroprasi serta
kamera pengintai akan selalu tajam memperhatikan perubahan sekecil apapun untuk
mengambil ancang-ancang melesat tanpa
bantuan mesin bertenaga kuda. Tenaga surya sudah lebih dari cukup untuk membuat
semuannya berjalan monoton tanpa jumping streat yang mungkin akan mampu
melesatkannya lebih dari cepat,tapi tidak menutup kemungkinan saat bergerak
dengan keragu-raguan maka posisi stir tak pernah sesempurna saat navigator
selalu menjadi pemandu dalam race demi race kejuaraan panggung sandiwara.
Hembusan sang angin membelai mesra, membuai dalam lena.
Mengajari jemari untuk bersilat lidah dan membimbing untuk menutupi ketidak
jujuran dengan sebuah kebohongan demi kebohongan. Tanpa eksekusi rapi dari
algojo berserifikasi semua hanya menjadi oase dipadang savanna tandus setelah
perang hebat dalam sanubari. Kembali logika dan kalbu bersitegang dalam
mempresentasikan celah baru sebagai jalur alternative atau tetap meneruskan
terjerumus dalam lumpur biadap pemuas nafsu budak gengsi. Fase awal dalam
perang dingin memang bukan baru saja dimulai, shock teraphy akhirnya
membangunkan setiap prajurit lengkap dengan jendralnya membangun serta
memperkokoh benteng rasionalitas kerangka berfikir arogan tanpa nurani.
Disisi lainya sanubari meraung-raung untuk memperlemah benteng
pencatatan sipil yang dengan pelan namun pasti tergerus oleh kepekaan
melambaikan tangan bukti pengganti kain putih penahklukan salah satu pihak
berseteru. Ini baru masa dimana awan hitam belum berniat beranjak, tetap
menyelimuti dalam kusamnya cahaya kilat petir menyentakkan hati. Siap
tersandung tanpa harus jatuh, menemukan jalan untuk tersesat dan terbang tanpa
ketinggian.
Tiket untuk tertawa sudah terlanjur terjual habis sebagai
hasil akhir sudut pandang pilu. Terpojok kaku hanyalah segelintir imbas dari
ledakan hulu ledak pemantik tujuan hidup. Trigger dari setiap masanya merupakan
isapan jempol dalam pembodohan tiada akhir.
Dimana raungan rintihan anjing-anjing bertahta yang tempo hari
meratap penuh harap dengan muka pucat pasi. Sembilu namun tetap memegang belati
yang kemudian digunakan mecabik-cabik sekujur perasaan dari pawangnya. Memang
bukan saja anjing yang berirama meminta sedikit tengokan dari ujung pelupuk
mata, burung camar ikut ambil bagian menggaduhkan suasana. Membuat kesunyian
menjelma menjadi kebisingan mesin-mesin tanpa sanubari beroprasi menggiling
kesempatan-kesempatan terlewat lalu kemudian memprosesnya menjadi sebuah
tantangan baru berbungkus tanpa formalin namun tetap dengan fungsi instannya merekahkan senyum dari ujung
bibir dan tetap dengan kerutan dahi menandakan disebelah dada kiri sedang
tertusuk pilu.
Haruskah bertekuk lutut dalam keangkuhan, atau tetap meronta
dalam tatapan kosong. Berlari dan mecari garis finish baru sepertinya menjadi pilihan
mutlak saat tahap training sudah berhasil dilalui. Tapi akan lain ceritanya
saat dimana masa sulit tunduk pada dewa masih berlaku karena jubah penuh
tanggungjawab tak mampu dan tidak mungkin untuk dipindah tangankan ditengah
jalan. Sekarang saat label tersebut berhasil diwariskan justru muncul beban
kediktatoran baru. Tumbuh dan bersemi harapan-harapan palsu nan semu.
Berkembang subur seperti jamur di musim hujan menjadikannya sebagai benih
kualitas unggul unntuk meledakkan bom waktu pada suatu moment dipenghujung
tahun disaksikan ombak dan keremangan cahaya malam.
Akankah pengingat waktu menjadi saksi kunci pembongkaran kasus
segitiga dalam perantauan, itu hanya sang pembuat hidup yang tahu saat ini.
Namun pekan terakhir menuju awal pergantian digit terakhir jualah yang
memberikan sekelumit jawaban atas tanya tanpa dasar tersebut. Dikenakan atau
dibuang itu adalah hak dan pilihan. Semua tak pernah menjadi soal melihat
hampir lebih dari tujuhratus hari luar biasa yang terukir. Merekam jejak dan
langkah dengan sedikit serpihan madu dan tetesan racun pembunuh untuk setiap
tegukanya.
Kalaupun secara halus tak mampu memberikan arahan untuk
berhenti dan pergi maka langkah kedua adalah teriakan menghardik untuk berlari
tanpa jejak. Apabila semua sia-sia maka pilihan satu satunya adalah kemasi
barang, dan angkat koper lebih awal dalam kompetisi.
DIAM, BERHENTI DAN BERBALIKLAH LALU KEMUDIAN PERGI APABILA
JULUKAN MANUSIA BERNURANI MASIH INGIN DILAMPIRKAN DALAM SETIAP SURAT
KETERANGAN.!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar